She, and her crying (2)
Hujan.
Isabella berjalan menuruni mobilnya dengan begitu santai. Wajahnya yang sembab tertutupi oleh air hujan yang mengenai wajahnya. Tidak perduli dengan dirinya yang akan basah kuyup.
Perempuan itu menutup pintu pagar rumahnya. Namun, ia merasakan sesuatu,
Kenapa tidak ada air hujan yang mengenai tubuhnya lagi? Ia mendongak.
Payung.
Ia tolehkah lagi kepalanya kebelakang.
Keenan disana.
“Kenapa gak masuk dulu ambil payung? Kamu basah,” ujarnya.
Isabella hanya menatapnya dengan sorot mata yang layu. Seperti tidak ada semangat didalam diri perempuan itu.
Perkataan Jace masih terngiang-ngiang dipikirannya.
“Isabella?”
Bukannya menjawab, Isabella kembali menangis.
Baru pertama kali Keenan melihat perempuan itu menangis dengan tangisan yang seperti sangat menyakitkan.
Dipeluknya tubuh ramping perempuan itu. Tidak memperdulikan hujan yang mengguyur tubuh mereka.
“Maafin aku,” Isabella hanya mengatakan kata itu.
“Gak ada salah kamu, kenapa minta maaf?”
Isabella menggenggam erat pakaian Keenan.
Laki-laki itu menggendong tubuh wanitanya dengan bridal style. Membawanya masuk kedalam rumah mereka, dengan Isabella yang masih menangis itu.
Perempuan itu tidur membelakangi Keenan.
Benar, ia terlalu munafik untuk Keenan.
Keenan menghela nafas. Sedari tadi, perempuan itu hanya diam.
“Isabella,”
Mendengar namanya dipanggil, Isabella langsung memejamkan matanya.
“Sayang,” setelah panggilan itu, Isabella kembali membuka matanya.
Panggilan itu terdengar sangat lembut, seperti tidak ada paksaan didalamnya.
Ia berbalik, menatap wajah laki-laki disebelahnya.
Takut sang istri akan kembali berbalik badan, Keenan spontan mengunci pergerakan Isabella.
Tidak ada protes disana.
“Do you love me?”
“Saya mencintai apapun yang berkaitan dengan kamu, walaupun hal kecil sekalipun.” Pertanyaan itu Keenan balas dengan baik.
“Kenapa?” Tanya Isabella lagi.
“Karena kamu istri saya, pasangan hidup saya.” Balas Keenan lagi.
“Saya dengar, tadi kanu takziah ke rumah mantan pacar kamu, ya?”
Firja sialan.
Isabella menatap manik mata laki-laki itu.
“Isabella, di dunia ini, tidak ada laki-laki yang rela jika istrinya mencintai laki-laki lain. Saya pun begitu. Saya tidak rela jika kamu mencintai laki-laki itu,” Keenan tertawa kecil sebelum melanjutkan ucapannya.
“Saya gak bisa memaksa kamu untuk mencintai saya,” lanjutnya.
Laki-laki itu tersenyum kecil, lalu mencium kening wanitanya itu sedikit lama.
“Sebenarnya, saya sangat-sangat keberatan untuk mengucapkan kata ini, tapi.. saya taruh semua keputusan di kamu. Tolong jangan sungkan untuk meminta cerai kepada saya, Isabella.” Ujarnya.
Sakit sekali. Isabella merasa sakit mendengar kata-kata itu.
“Satu hal yang perlu kamu ketahui, saya mencintai kamu dalam bentuk apapun, saya mencintai semua hal tentang kamu, saya mencintai apapun yang berkaitan dengan kamu.”
Setelah Isabella kembali menangis. Mengeluarkan semua tangisannya didepan laki-laki itu.
Keenan memeluknya, pelukan hangat, dan ia pun membalas pelukan itu dengan tak kalah erat.
“Maafin aku, aku minta maaf,”